Bismillah. Alhamdulillah pertengahan pekan ini saya rampung mengikuti momentum Lokakarya full dalam jaringan. Bahkan di hari ketiga (16/07) berlangsung 3 sesi selesai pukul 16.00 sampai meet bersama tim Media HT. Sensasinya luar biasa. Antara pegal duduk seharian, siwer mata, gerah, dan lapar. Syukurlah begitu selesai tatap maya, badan masih kuat berjibaku di dapur untuk masak nasi dan sayur asem. Menutup hari penuh makan lahap karena otak diajak ngebul memikirkan masa depan pendidikan. Eaaa…
Lokakarya, Arah, Asah, dan Makna
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata lokakarya adalah pertemuan antara para ahli (pakar) untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan dalam bidang keahliannya. Nah lokakarya ini ibarat mengarahkan navigasi yang tepat setiap berlayar di atas visi-misi menuju tujuan besar. Tujuan besar yang dihantar dengan gelombang kondisi penuh dinamika. Jika awal tahun masih sempat tatap muka dengan prokes di ruang aula, maka tahun ini semuanya beralih ke tatap maya. Pandemi memaksa kita tetap menjaga jarak tapi harus menyesuaikan frekuensi sebelum memulai tahun pelajaran baru.

Lokakarya kali ini memang punya cita rasa berbeda dibanding sebelumnya. Jika biasanya para guru menyimak materi pengantar dari Litbang Yayasan, maka tahun ini sesi diskusi dan presentasi lebih dominan sejak hari pertama.

Pengantar materi berupa penguatan dari Kepala Sekolah dan Wakasek berkaitan implementasi visi pendidikan taklif di era pandemi dan merancang pembelajaran bermakna. Semua guru adalah pembicara. Kekuatan gagasan hadir karena kolaborasi yang sinergi. Saling berbagi gagasan dan memberi masukan terutama pada hari kedua tentang 3 bahasan pokok yang berkaitan satu sama lain. Betapa bersyukurnya saya hadir di tengah para rekan yang hebat dan visioner menyuarakan perubahan. Ada arah yang jelas, ada tantangan yang mesti diasah, dan banyak makna yang bisa digali. Rasanya sih warna acara serasa diklat sinkronous dan asinkronous. Dalam arti pas online nyimak materi dan diskusi, setelahnya nugas nyiapin hasil diskusi dan promes esok hari.
Pandemi memang masih harus membuat kita bertahan menahan diri bertatap maya meski sudah jenuh setengah mati. Apapun itu ternyata Allah berikan kesempatan berharga untuk menyiapkan rancangan terbaik menyambut anak didik. Tahun ini rasanya pengkondisian alur lokakarya lebih tertata dan optimal di awal sebelum hari pertama sekolah. Penguatan kurikulum lewat workshop komite pembelajaran, guru-guru lebih awal merancang promes kreatif, dan bisa memetakan kegiatan 1 semester dalam kalender akademik. Terlebih tantangan lebih terasa karena kurikulum yang digunakan ada 2 warna, kurikulum sekolah penggerak untuk kelas 7. Sementara kelas 8 dan 9 mengacu pada kurikulum darurat selama pandemi. Baarakallah tim leader SMPHT yang sudah merancang lokakarya online full yang keren tahun ini.
Memahami Kondisi Siswa saat PJJ dan Mengeksplorasi Ragam Pendekatan
Tema di atas menjadi bahasan kelompok 1 yang membuka segala persoalan khas PJJ. Iyups, PJJ atau BDR ini begitu banyak mengupas temuan riil di lapangan virtual. Kondisi siswa yang ditemukan seringkali bernuansa penuh beban mental bernama bosan, depresi, dan lupa tugas. Bagian depresi kayaknya hanya kondisi tertentu sih. Namun inilah kenyataannya, jangankan anak didik kita, bisa jadi gurunya juga merasakan kondisi yang sama. Di tengah ruwetnya rutinitas mengajar dengan batas yang membuyar saat bekerja dari rumah. WFH berkejaran dengan domestik rumahan antara urusan anak dan dapur yang belum kelar. Apalagi kalau meet cuma sempat bedakan tapi setelan masih dasteran. Aaaih malah curhat .

Baiklah… Mari kita simak kembali paparan dari Pak Annur selaku jubir kelompok pertama. Jadi kondisi di atas dipengaruhi faktor internal dan eksternal, antara lain:
Faktor internal :
- Motivasi dari dalam diri siswa untuk memahami esensi pembelajaran dan bertanggungjawab
- Karakteristik siswa (intovert/ekstrovert)
- Gaya belajar berkaitan modalitas VAK.
Faktor eksternal :
- Lingkungan rumah, pola asuh orangtua,
- Lingkungan sekolah, terutama upaya guru memandu PJJ yang asyik agar tidak membosankan.
- Lingkungan pertemanan
- Tontonan dan bacaan
Jadi bagaimana seharusnya sikap guru?
Mesti ikhlas yah Bapak Ibu… Bukanlah pikiran bahwa anak didik kita begitu luar biasa beragam keunikan dan karakteristiknya. Kita bisa melakukan pendekatan yang tepat agar bisa menentukan pembelajaran seperti apa yang baik untuk mereka. Dengan cara apa sih? Teknisnya memang berkaitan dengan hal-hal yang identik dengan PJJ, yaitu memastikan kondisi gadget, kuota, dan aplikasi yang digunakan sudah kondusif untuk pembelajaran.
Catatan Penting dalam hal ini:
- Manajer Kelas bisa mengawali pembelajaran dengan menampung persoalan anak didiknya selama PJJ (problem solving di awal pertama masuk sekolah).
- MK bersikap terbuka untuk menyampaikan temuan ke seluruh guru demi kebaikan bersama.
- Setelah itu, setidaknya bisa terpetakan siswa dalam 3 kategori: siswa yang gercep tugas dengan maksimal, siswa yang nugas seadanya yang penting beres, dan siswa yang butuh bimbingan karena keteteran.
- Tindak lanjutnya, guru melakukan asesmen sesuai karakteristik siswa yang ditemukan dengan kemampuan masing-masing.
Pendekatan yang bisa dilakukan meliputi cara-cara berikut ini:
- Pendekatan personal
- Pendekatan problem solving, siswa diberi tantangan untuk pengalaman belajar dan keterampilannya.
- Pendekatan inkuiri, siswa diberi kesempatan menyelidiki suatu masalah dengan mandiri.
- Pendekatan open-ended, membimbing siswa bagaimana agar mereka menemukan jawaban.
- Pendekatan konstruktivisme, guru mempresentasikan masalah dan mendorong siswa menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan.
Memahami Transformasi Guru di Masa Pandemi dan Mengoptimalkan Manajemen Diri

Begitu masuk dengan tema yang dibawakan kelompok 2, ini kayak diajak bercermin ke dalam diri sih. Sudahkah diri berupaya sebaik-baiknya dalam beragam peran di atas? Sudahkah mengoptimalkan manajeman diri selama berjuang di tengah kondisi pandemi? Intinya mari upgrade selalu kapasitas diri kita agar bisa menjadi fasilitator, motivator, komunikator efektif dengan ortu, sebagai teman anak didik, supervisor yang bijak mengawasi, dan terus memberi dukungan emosional pada orangtua.
Mengidentifikasi Pembelajaran yang Esensial dan Prioritas bagi Siswa

Nah sesi yang ini dibawakan kelompok 3 bersama Bu Ina. Esensial berarti pembelajaran memiliki nilai penting yang mudah dipahami. Pembelajaran yang prioritas harus sesuai dengan kebutuhan anak dan situasi kondisi saat ini. Diawali prolog yang berkaitan dengan unsur pembelajaran dari buku Quantum Teaching, berkaitan dengan konteks dan konten. Yups, dalam merancang pembelajaran esensial dan prioritas kita mesti memaksimalkan setiap unsur yang ada di dalamnya, yaitu:

Sebelum memulai pembelajaran, mari tumbuhkan pemahaman bersama anak didik, Apa Manfaatnya Bagiku? Ini penting agar mereka bisa mengenali starting point yang jelas agar meraih pengalaman belajar yang bermakna.

Kenali tantangan yang muncul dalam pembelajaran penting untuk menentukan solusi tepat untuk strategi perubahan ke arah yang lebih baik.


Merancang Pembelajaran Bermakna
Sesi yang dibawakan oleh Bu Kiki ini menjadi diskusi yang cukup lama waktunya. Setiap guru memaparkan program mapel yang dibuat dalam presentasi promes kreatif dengan gaya masing-masing. Rasanya excited banget karena semua guru sudah punya desain sendiri-sendiri. Yess… Semuanya meningkat seiring waktu. Teringat dulu masih bentukan tabel Microsoft Word yang mesti diedit dulu oleh PJ promes alias MK. good job Bapak Ibu.

0 Komentar
Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *